Saya sangat mengharapkan Kritik dan Saran anda :)
Klik disini untuk melihat semua artikel di blog ini

Wednesday, September 25, 2013

Diego Costa, Sang pengganti Falcao

Wednesday, September 25, 2013

Diego Costa. (Getty Images/Gonzalo Arroyo Moreno)


Ditulis oleh: Aditya Nugroho 


Kompetisi La Liga baru memasuki pekan keenam, masih terlalu dini untuk meramalkan apa yang akan terjadi di akhir musim. Barcelona dan Real Madrid memang selalu diunggulkan untuk terus bersaing hingga akhir, namun untuk musim ini, para penggemar kompetisi ini dapat berharap ada satu tim lagi yang akan meramaikan persaingan merebut gelar juara, yaitu Atletico Madrid. 

Hingga saat ini, Atletico menduduki posisi kedua di bawah Barcelona dengan catatan selalu menang dalam seluruh laga yang telah dijalani. Produktivitas gol mereka juga impresif, mencetak 18 gol dan baru kebobolan lima gol. Meski kompetisi masih berada di tahap awal dan belum pernah bertemu lawan berat, namun start gemilang Atletico patut mendapat perhatian. 

Tim yang dilatih oleh Diego Simeone ini memang semakin matang dalam dua tahun terakhir sejak Simeone datang melatih tim ini awal 2012. Di musim perdananya, Simeone langsung membawa Atletico menjuarai Europa League mengalahkan sesama tim Spanyol, Athletic Bilbao. Prestasi bagus ini terus dipertahankan, terbukti musim lalu Atletico mampu menempati posisi ketiga di bawah Barcelona dan Madrid. 

Kesuksesan Los Colchoneros ini terbukti bukanlah kesuksesan instan. Kemampuan mengatasi kepergian penyerang andalan Radamel Falcao menjadi salah satu kunci kesuksesan. Pelatih Diego Simeone tetap tenang dengan keberadaan duet David Villa dan Diego Costa. 

Nama yang terakhir disebut memiliki cerita menarik. Diego Costa adalah pemain Atletico yang sebenarnya sudah bergabung sejak enam tahun lalu namun baru sekarang menunjukkan kemampuannya. Hingga kini, Diego Costa muncul sebagai pencetak gol terbanyak La Liga dengan tujuh gol, atau sama dengan torehan mega bintang Barcelona, Lionel Messi. Dalam enam laga yang telah dijalani, hanya dua laga yang dijalaninya tanpa mencetak gol. Namun ia membayarnya dengan torehan dua gol ke gawang Sevilla, Real Zaragoza dan Osasuna.  

Pemain bernama lengkap Diego da Silva Costa ini mengawali karir junior di negaranya, Brasil. Barcelona Esportivo Capela, sebuah klub di kota Sao Paolo adalah pelabuhan awalnya. Hanya dua tahun berselang di usia 18 tahun, ia memulai petualangan sepak bola profesional di Eropa dengan klub Portugal, Sporting Braga. Pemilihan Portugal sebagai destinasi pertamanya di Eropa memang masuk akal karena negara ini memiliki kesamaan bahasa dengan Brasil, yang tentunya memudahkan adaptasi. 

Braga kemudian meminjamkan pemain ini ke Penafiel, di mana ia menghabiskan setengah musim dengan torehan enam gol dari 13 laga. Di klub inilah talentanya tercium oleh Atletico, yang kemudian membeli setengah kepemilikannya dengan nilai 1,5 juta euro tahun 2007. Hingga tahun 2009, Diego Costa tidak kunjung memainkan debutnya untuk Los Colchoneros karena ia kembali dipinjamkan ke tiga klub yaitu Braga, Celta Vigo dan Albacete. Saat masa peminjamannya usai, Atleti malah menjualnya ke Real Valladolid sebagai bagian dari transfer penjaga gawang Sergio Asenjo. 

Atleti kembali menariknya tahun 2010 sebagai pelapis duet Diego Forlan dan Sergio Aguero. Malangnya, Juli 2011 ia mengalami cedera lutut parah yang membuatnya harus istirahat selama enam bulan. Setelah pulih pada awal 2012, ia dipinjamkan ke klub Rayo Vallecano dimana ia bermain cemerlang dengan torehan 10 gol dari 16 laga. 

Mulai musim 2012/2013 lalu, Diego Costa telah kembali ke Vicente Calderon. Ia menjadi tandem yang baik dari Falcao, yang menjadi ujung tombak utama. Meski hanya bertindak sebagai pendukung, namun 10 gol mampu ditorehkannya dari 31 laga. Pengalaman berada satu tim dengan Forlan dan Aguero memang melesatkan kemampuannya. 

Kini, Tujuh gol dari penyerang berusia 24 tahun ini juga membuatnya mantap di posisi starter. Meski Atleti mendatangkan David Villa dari Barcelona dan Leo Baptistao dari Rayo Vallecano, namun ketajaman Diego Costa adalah garansi tempatnya di tim utama. Pengakuan akan ketajamannya tidak hanya didapat di Spanyol, tapi juga dari negara asalnya, Brasil. Hal ini ditunjukkan melalui debut di tim nasional Brasil didapatnya pada bulan Maret 2013. Jika terus mempertahankan konsistensi, ia dapat menjadi senjata rahasia tim nasional Brasil di Piala Dunia 2014. 

Sebagai penyerang, Diego Costa adalah sosok komplet. Ia memiliki kemampuan bermain di berbagai skema permainan sama baiknya. Dengan formasi 4-3-3, ia mampu bermain sebagai penyerang sayap maupun penyerang tengah. Meski bertinggi 188 cm, kemampuan olah bolanya yang prima menjadikannya cocok sebagai target man pada formasi 4-2-3-1. Bahkan, ia juga tidak canggung jika harus berduet dengan penyerang lain dalam formasi 4-4-2.  

Namun, kekurangan sang pemain sangat terlihat dari sisi kedisiplinan. Dalam 9 tahun karir sepak bola profesionalnya, ia telah menerima 49 kartu kuning dan dua kartu merah. Pengendalian emosi adalah hal yang perlu dibenahi olehnya agar terus berkembang menjadi penyerang kelas dunia. 

Dengan torehan tersebut, sepertinya layak jika Diego Costa didapuk sebagai penerus Falcao, juga penyerang-penyerang handal Atletico sebelumnya macam Fernando Torres, Aguero dan Forlan.

Mungkin anda tertarik juga dengan artikel dibawah ini, komentar anda sangat saya harapkan :)

Aditya Astari Blog
oleh Aditya Astari - 7:57 AM
Tweet

0 comments:

Post a Comment

Silahkan komentar sesuka anda! :)